Monday, May 4, 2009

INTERAKSI 11

Definisi penilaian pengalaman pembelajaran Ada beberapa pengertian penilaian yang dipergunakan di dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). (1) Penilaian (assessment) adalah penggunaan teknik penilaian (tes: tertulis, lisan/wawancara, perbuatan/praktik; pengamatan/ observasi) untuk memperoleh informasi tentang kemampuan peserta didik. (2) Penilaian (evaluation) adalah kegiatan untuk mengetahui apakah suatu program telah berhasil dan efisien dan efektif atau tidak.
 Penilaian merupakan kegiatan untuk memperoleh informasi tentang pencapaian dan kemajuan belajar peserta didik dan mengefektifkan penggunaan informasi tersebut untuk mencapai tujuan pendidikan. Jadi dalam penilaian (evaluation) ini termasuk proses pembuatan keputusan tentang kedudukan dan performance peserta didik. Maksudnya adalah bahwa penilaian dalam hal ini merupakan kegiatan yang dirancang untuk mengukur keefektifan suatu sistem pendidikan secara keseluruhan.
 Menurut Djemari Mardapi (1999: 8) penilaian adalah kegiatan menafsirkan atau mendeskripsikan hasil pengukuran. Menurut Cangelosi (1995: 21) penilaian adalah keputusan tentang nilai.
 • Penilaian dalam pembelajaran adalah suatu usaha untuk mendapatkan berbagai informasi secara berkala, berkesinambungan, dan menyeluruh tentang proses dan hasil dari pertumbuhan dan perkembangan yang telah dicapai oleh anak didik melalui program kegiatan belajar.
 Penilaian pembelajaran adalah kegiatan untuk mengetahui apakah sesuatu yang telah dikerjakan telah berhasil/belum melalui suatu alat pengukuran yang dapat berupa tes ataupun non tes.
 Penilaian Pembelajaran merupakan salah atu cara guru mengetahui perkembangan hasil belajar, intelegensi, bakat khusus, minat, hubungan sosial, sikap dan kepribadian siswa atau peserta didik.

Kesimpulan: Penilaian Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa dalam memahami pelajaran yang telah disampaikan guru.
Untuk memahami tentang pengertian belajar di sini akan diawali dengan mengemukakan beberapa definisi tentang belajar. Ada beberapa pendapat para ahli tentang definisi tentang belajar. Cronbach, Harold Spears dan Geoch dalam Sardiman A.M (2005:20) sebagai berikut :
1) Cronbach memberikan definisi :
“Learning is shown by a change in behavior as a result of experience”.
“Belajar adalah memperlihatkan perubahan dalam perilaku sebagai hasil dari pengalaman”.
2) Harold Spears memberikan batasan:
“Learning is to observe, to read, to initiate, to try something themselves, to listen, to follow direction”.
Belajar adalah mengamati, membaca, berinisiasi, mencoba sesuatu sendiri, mendengarkan, mengikuti petunjuk/arahan.
3) Geoch, mengatakan :
“Learning is a change in performance as a result of practice”.
Belajar adalah perubahan dalam penampilan sebagai hasil praktek.
Dari ketiga definisi diatas dapat disimpulkan bahwa belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Juga belajar itu akan lebih baik kalau si subyek belajar itu mengalami atau melakukannya, jadi tidak bersifat verbalistik. Belajar sebagai kegiatan individu sebenarnya merupakan rangsangan-rangsangan individu yang dikirim kepadanya oleh lingkungan. Dengan demikian terjadinya kegiatan belajar yang dilakukan oleh seorang idnividu dapat dijelaskan dengan rumus antara individu dan lingkungan.
Fontana seperti yang dikutip oleh Udin S. Winataputra (1995:2) dikemukakan bahwa learning (belajar) mengandung pengertian proses perubahan yang relative tetap dalam perilaku individu sebagai hasil dari pengalaman. Pengertian belajar juga dikemukakan oleh Slameto (2003:2) yakni belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Selaras dengan pendapat-pendapat di atas, Thursan Hakim (2000:1) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dll. Hal ini berarti bahwa peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seseorang diperlihatkan dalam bentuk bertambahnya kualitas dan kuantitas kemampuan seseorang dalam berbagai bidang. Dalam proses belajar, apabila seseorang tidak mendapatkan suatu peningkatan kualitas dan kuantitas kemampuan, maka orang tersebut sebenarnya belum mengalami proses belajar atau dengan kata lain ia mengalami kegagalan di dalam proses belajar.
Belajar yang efektif dapat membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan yang diharapkan sesuai dengan tujuan instruksional yang ingin dicapai. Untuk meningkatkan prestasi belajar yang baik perlu diperhatikan kondisi internal dan eksternal. Kondisi internal dalah kondisi atau situasi yang ada dalam diri siswa, seperti kesehatan, keterampilan, kemapuan dan sebaginya. Kondisi eksternal adalah kondisi yang ada di luar diri pribadi manusia, misalnya ruang belajar yang bersih, sarana dan prasaran belajar yang memadai.

PELAKSANAAN PENILAIAN PEMBELAJARAN

KELAS I SEMESTER 1
TEMA : PENGALAMAN
ALOKASI WAKTU 3 MINGGU
I. KOMPETENSI DASAR
1. PKN
1.1 Menerapkan hidup rukun di rumah dan di sekolah

II. INDIKATOR
1. PKN
• Menyebutkan keluarga yang tinggal dalam satu rumah
• Melakukan sikap hormat pada orang lain (orang tua, saudara, guru, teman, dan lain- lain)
• Memberi contoh hidup rukun di rumah
• Membeni contoh hidup rukun di sekolah
• Menjelaskan akibat hidup tidak rukun
• Menyebutkan manfaat hidup

III. LANGKAH LANGKAH PEMBELAJARAN
A. KEGIATAN AWAL
1. Doa bersama
2. Absensi siswa
3. Appersepsi : Menyanyikan lagu “Nama-Nama Hari”
B. KEGIATAN Inti
1. Menceritakan hidup rukun di rumah
2. Menyebutkan keluarga yang tinggal dalam satu rumah
3. Melakukan sikap hormat pada orang lain (orang tua, saudara, guru, teman, dan lain-lain)
4. Memberi contoh hidup rukun di rumab
5. Memberi contoh hidup rukun di sekolah
6. Menjelaskan akibat hidup tidak rukun
7. Menyebutkan manfaat hidup rukun
8. Menyapa teman sebaya dengan benar
9. Menggunakan kata tanya untuk menyapa orang lain
10. Membuat kalimat sapaan secara lisan
11. Menulis kata tanya (apa, siapa, di mana)
12. Membuat kalimat Tanya dengan benar
13. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjurniahari bilangan 2 1-50
14. Menye!esaikan masalah yang berkaitan dengan pengurangan bilangan 21-50
15. Menyelesaikan masalah dalam bentuk soal cerita yang berkaitan dengan penjumlahan bilangan 21-50
16. Menyelesaikan masalah dalam bentuk soal cerita yang berkaitan dengan pengurangan bilangan 2 1-50
17. Bersama-sama menyanyikan lagu “Nama-nama Hari”
18. Membeni contoh kegiatan yang lama atau sebentar
19. Membedakan, waktu lama atau sebentar
~20. Melakukan kegiatan sehari-hari yang sebentar atau larna
21. Menyebutkan urutan nama-nama hari dalam satu minggu
22. Menyebutkan urutan nama-nama bulan dalam setahun
23. Membedakan bentuk suatu benda
24. Mengelompokkan benda yang sama bentuknya
25. Menjelaskan perubahari bentuk benda melalui penlakuan yang berbeda
26. Menyebutkan keluarga yang tinggal dalam satu rumah
27. Melakukan sikap hormat pada orang lain (orang tua, saudara, guru, teman, dan lain-lain)
28. Menceritakan dan menulis penistiwa menyenangkan yang pernah dialami
29. Menceritakan dan menulis peristiwa tidak menyenangkan yang pernah dialami
30. Menceritakan kembali hal-hal yang pemah dialami berdasarkan cerita orang tua atau orang lain
31. Menyebutkan penistiwa yang pernah terjadi di lingkungan keluarga berdasarkan cerita orang tua atau orang lain
(Langkah-Jangkah kegiatan disesuaikan dengan jadwal pelajaran masing¬ masing sekoIah)
C. KEGIATAN AKHIR
1. Siswa melaksanakan tugas portofolio
2. Pelajaran ditutup dengan lagu “Aku Anak Sehat”
IV. METODE, SUMBER, MEDIA PEMBELAJARAN
A. METODE
1. Ceramah 4. Tanya Jawab
2. Demonstrasi 5. Tugas
3. Game
B. SUMBER
1. Buku Tematik Kelas I
(Terdiri dari PKN, B. Indonesia, Matematika, IPA, IPS)
2. Pengembangan Guru
C. MEDIA
1. Kartu bilangan 2. Kartu huruf
3. Kantu kata 4. Gambar-gambar yang relevan
V. PENILAIAN
1. Lisan 2. Tertulis
3. Perbuatan 4. Portofolio

INTERAKSI 12

Interaksi 12 - brosur
Rubrik Penilaian Brosur

1-Lemah (0 - 5) 2 Sederhana (6 - 8) Cemerlang (9 - 10)

FAKTA
1 Mengandungi beberapa fakta asas . Ada beberapa fakta yang salah
2 Mempunyai fakta asas dan tambahan yang sesuai.
3 Mempunyai fakta asas dan tambahan, yang lengkap, jelas dan sesuai.

KREATIVITI DAN KEASLIAN
1 Kurang kreatif dan mengambil daripada sumber lain.
2 Mempunyai kekreatifan dan keaslian.
3 Mempunyai kekreatifan dan keaslian serta mampu menarik perhatian umum.

FUNGSI
1 Rekabentuk dan paparan yang salah.
2 Rekabentuk dan paparan brosur yang betul tetapi kurang menarik
3 Rekabentuk dan paparan brosur kelihatan seperti brosur yang sebenar..

TATABAHASA
1 Penggunaan tatabahasa dan ejaan yang lemah
2 Penggunaan tatabahasa dan ejaan yang baik tetapi masih perlu diperbaiki.
3 Penggunaan tatabahasa dan ejaan yang baik, jelas dan tidak mengandungi kesalahan.

ILUSTRASI
1 Menggunakan ilustrasi yang sedikit atau tiada langsung.
2 Menggunakan ilustrasi hanya sekadar mencukupi syarat.
3 Menggunakan ilustrasi yang pelbagai, menarik dan sesuai

Manusia dan alam..dua nama yang saling berkait..anugerah daripada yang maha esa...tidak terkira nilainya..

Manusia dan alam..Sepertimana kita sebagai manusia mengkehendaki dihormati, disayangi, dibelai dan dimanja..begitulah ia.

Manusia dan alam.. Alam mempunyai nyawa ibarat manusia..Jika ia merajuk pada manusia, petakalah jawabnya... Kita harus menjaga dan menyayangi alam seperti kita menyayangi diri kita sendiri.

Manusia dan alam...dua nyawa yang hidupnya saling berkait. Saling memerlukan antara satu sama lain... Mainan alam ibarat melodi indah yang dilagukan di hati kita.

Manusia dan alam.. Lahirnya manusia bersama alam..kembalinya manusia juga kepada alam di saat penghujung hidup..

Manusia dan alam...benda berharga yang perlu dipelihara sepanjang zaman...

http://tamannegaralvgairney-airney.blogspot.com/

INTERAKSI 13

CIRI-CIRI PENILAIAN PENGLAMAN PEMBELAJARAN
PENGAJARAN DAN PEMBELAJARAN BERKESAN


ABSTRAK
Proses pengajaran dan pembelajaran merupakan elemen penting dalam memastikan
para pelajar dapat mengikuti isi kandungan subjek yang disampaikan. Dalam
kecanggihan teknologi bidang kejuruteraan yang mengalami inovasi pantas dan
berterusan, kaedah pengajaran dan pembelajaran untuk pelajar-pelajar juga harus
berada di landasan sama dengan perubahan arus teknologi terkini. Kertas kerja ini
membincangkan pengalaman serta amalan tenaga akademik di Jabatan Kejuruteraan
Elektrik, Elektronik dan Sistem (JKEES), UKM dalam melaksanakan beberapa
teknik-teknik pengajaran dan pembelajaran baru. Kaedah-kaedah tersebut ialah
pengajaran berpasukan (TT – Team Teaching), kaedah jigsaw, kritikan terbuka, dan
penilaian rakan kumpulan (PRK). Kaedah pengajaran berpasukan telah
menggabungkan tenaga pengajar berpengalaman dan baru dalam sesebuah subjek.
Kaedah ini sebagai langkah bagi memperoleh manfaat maksimum dari gabungan dua
generasi kakitangan akademik. Melalui kaedah TT, kakitangan akademik juga dapat
memberi lebih tumpuan kepada bidang penyelidikan masing-masing. Seterusnya,
kaedah pembelajaran jigsaw yang terbukti berkesan dalam proses pengajaran dan
pembelajaran turut dilaksanakan. Kaedah kritikan terbuka pula memberi peluang
kepada pelajar untuk memperbaiki kebolehan berkomunikasi secara spontan di
khalayak ramai. Pengajar boleh memberi kritikan membina supaya pelajar dapat
memperbaiki kelemahan-kelemahan secara terus dan kaedah ini merupakan satu
proses melengkapkan gelung untuk tujuan penambahbaikan. Selain itu, penilaian
rakan kumpulan (PRK) juga diadakan dalam kursus-kursus terpilih bagi pelajar
menilai rakan sekumpulan sebagai memenuhi keperluan kompetensi kemahiran
generik kerja kumpulan. Semua kaedah ini terbukti telah membantu memantapkan
penilaian sumatif yang merangkumi komponen peperiksaan, kuiz, makmal, dan
tugasan.

Kata kunci: Pengajaran berpasukan, kaedah jigsaw, kritikan terbuka, penilaian
kendiri pelajar, penilaian rakan kumpulan

PENGENALAN

Pengajaran dan pembelajaran dalam sesebuah universiti sentiasa mengalami evolusi,
sejajar dengan keperluan semasa. Dengan wujudnya konsep pembelajaran berasaskan
masalah (Problem Based Learning – PBL) dan Pendidikan Berasaskan Hasil
(Outcome Based Education – OBE), teknik-teknik pengajaran dan pembelajaran telah
diadaptasikan berlandaskan kepada dua konsep ini. Di Jabatan Kejuruteraan Elektrik,
Elektronik dan Sistem (JKEES), teknik-teknik yang telah diperkenalkan bagi
membantu pensyarah dan pelajar dalam proses pengajaran dan pembelajaran
termasuk pengajaran berpasukan (TT – Team Teaching), kaedah jigsaw, kritikan
terbuka, dan penilaian rakan kumpulan (PRK). Dengan kaedah-kaedah ini, ianya
dapat dimanfaatkan oleh kedua-dua pihak dalam kursus-kursus yang diajar di JKEES.


PENGAJARAN BERPASUKAN

TT merupakan satu kaedah pengajaran yang menggabungkan dua orang atau lebih
pensyarah dalam sesebuah kursus (Buckley F.J, t.th). Kebiasaannya, gabungan
melibatkan dua orang pensyarah iaitu seorang yang berpengalaman akan
digandingkan dengan pensyarah yang baru. Kaedah ini mula diperkenalkan pada
Semester II, Tahun 2007/2008 dalam beberapa kursus, antaranya Kejuruteraan
Kawalan dan Kejuruteraan Kuasa.
Dengan adanya kaedah TT ini, pensyarah berpengalaman dapat memberi tumpuan
yang lebih kepada bidang penyelidikan yang dijalankan oleh beliau. Ini kerana setiap
pensyarah perlu memberi tumpuan kepada hanya sebahagian daripada kandungan
kursus yang diajar. Pensyarah yang baru pula akan memperoleh pengalaman dari
pensyarah yang lebih senior, seterusnya dapat membantu pensyarah baru ini dalam
teknik penyampaian dan pengajaran berkesan.
Selain itu, TT dapat membantu dari segi perkongsian idea dalam kaedah
pengajaran. Ini dapat membentuk nilai kerja berpasukan di kalangan tenaga pengajar,
yang mana pengajar perlu bergantung kepada ahli lain bagi maklumat tentang kursus
yang diajar. Walaupun pensyarah baru mempunyai kurang pengalaman, tetapi idea
yang mampu disumbangkan oleh generasi yang lebih muda mampu memberi
pandangan lain dalam aspek yang sama.



KAEDAH JIGSAW

Kaedah jigsaw merupakan satu kaedah pembelajaran yang dapat memupuk semangat
berpasukan di kalangan pelajar. Selain itu, ia juga dapat meningkatkan kemahiran
mendengar, penyampaian, dan pemikiran kreatif (Felder & Brent, 2004) dan telah
terbukti keberkesanannya seprti yang dilaporkan dalam Hafizah Husain et al. (2006).
Kaedah jigsaw menekankan lima perkara dalam perlaksanaannya melalui
perbincangan dalam kumpulan kecil (Hafizah Husain et al. 2006), iaitu:
• Pergantungan secara positif
• Tanggungjawab
• Interaksi secara terus (bertentang mata)
• Mempraktikan kemahiran interpersonal mengikut kesesuaian
• Penilaian kendiri secara berterusan
Untuk melaksanakan kaedah jigsaw ini, pensyarah akan membahagikan pelajar-
pelajar kepada kumpulan kecil (4-5 orang). Setiap kumpulan ini, yang dipanggil
’kumpulan pakar’ (specialist group) akan diberi satu tajuk berkaitan dengan kursus
yang diambil. Pelajar-pelajar dalam kumpulan ini akan mencari maklumat berkenaan
tajuk yang telah ditugaskan sehingga kumpulan ini akan manjadi ’pakar’ dalam tajuk
berkenaan. Pencarian maklumat adalah bebas mengikut kreativiti kumpulan terbabit,
sama ada melalui buku teks tambahan, internet ataupun bertanya kepada pensyarah
sendiri.
Apabila kumpulan-kumpulan ini telah menjadi pakar dalam skop atau tajuk yang
telah diberikan kepada mereka, pembahagian kumpulan yang baru akan diadakan
seperti yang ditunjukkan dalam Rajah 1. Kumpulan yang baru ini dipanggil kumpulan
jigsaw (jigsaw group) akan dibentuk supaya setiap kumpulan mempunyai satu
’pakar’ dalam tajuk-tajuk yang telah ditugaskan oleh pensyarah pada awal kursus.
Pakar-pakar ini akan memegang peranan sebagai pengajar dalam menyampaikan apa
yang telah dipelajari semasa berada di dalam kumpulan pakar. Dengan kaedah ini, sebahagian daripada penyampaian di dalam kursus dilakukan oleh pelajar sendiri, dan bukan diajar seluruhnya oleh pensyarah.

Kumpulan Pakar 1
Kumpulan Pakar Kumpulan Pakar 2
Kumpulan Pakar 3
Kumpulan Pakar 4
Kumpulan Pakar 5

Kumpulan jigsaw

RAJAH 1 Kaedah jigsaw

Kaedah jigsaw ini merupakan salah satu cabang dari kaedah pembelajaran secara
kerjasama (cooperative learning method – KOOP) (Johnson & Johnson, 2000). Ianya
dapat diperhatikan melalui kerjasama yang perlu diadakan di kalangan pelajar pada
setiap fasa dalam kaedah ini. Dalam kumpulan pakar, pelajar harus bekerjasama
dalam mendapat maklumat yang diperlukan supaya mereka dapat memahami tajuk
yang telah diberikan. Kemudian di dalam kumpulan jigsaw, pelajar harus memastikan
rakan-rakan dapat memahami apa yang harus disampaikan, dan pada masa yang sama
perlu memastikan mereka mendapat maklumat berkenaan tajuk-tajuk yang telah
ditugaskan kepada ahli-ahli kumpulan jigsaw.. Ini amat berbeza dengan kaedah biasa
di mana pensyarah menjadi satu-satunya tenaga pengajar dalam kursus yang diambil.
Kaedah yang kedua ini dipanggil kaedah pembelajaran secara kompetitif (competitive
learning method – KOMP). Selain itu, isu kompetensi generik para pelajar yang juga
salah satu kriteria yang perlu dipenuhi boleh ditangani melalui perlaksanaan kaedah
ini (Aini Hussain et al., 2007).

KRITIKAN TERBUKA

Kritikan terbuka membabitkan kemahiran pengucapan awam pelajar, dalam Bahasa
Melayu dan Bahasa Inggeris. Ianya juga sebagai memenuhi keperluan PBH bagi
melengkapkan kitaran (closing the loop). Pada penghujung kelas, pelajar akan dipilih
secara rawak untuk berucap selama 5 minit kepada rakan-rakan sekelas. Pelajar akan
diberi topik yang mudah untuk dibincangkan seperti apa yang telah diajar sebelum
itu, atau mengenai tugasan yang telah diberi.
Semasa ucapan pelajar, seorang panel penilai akan memberi markah atas ucapan
yang diberi. Pelajar akan diberi markah berdasarkan lima perkara: intonasi dan
kejelasan suara, keyakinan diri di khalayak ramai, kelancaran bahasa, penampilan,
dan maklum balas terhadap soalan yang diterima. Komen dari panel akan
disampaikan kepada pelajar untuk membaiki kelemahan yang ada.
Dengan adanya kaedah kritikan terbuka ini, pelajar mendapat peranan yang lebih
aktif di dalam bilik kuliah. Selain itu, ianya juga dapat membantu meningkatkan
kemahiran komunikasi awam di kalangan para pelajar.
PENILAIAN RAKAN KUMPULAN

Penilaian rakan kumpulan (PRK) merupakan satu kaedah penilaian yang digunakan
sebagai alat pengukuran secara terus oleh rakan-rakan pelajar yang bekerja dalam
kumpulan yang sama. Kaedah PRK dapat digunakan bagi menilai aspek-aspek
tertentu berkaitan kemahiran dan pengetahuan pelajar-pelajar (Kaufman et al. 2000).
Antara aspek-aspek yang dapat diukur adalah seperti tahap kepimpinan, kerja secara
berpasukan dan komitmen pelajar dalam menyiapkan kerja kursus. Kaedah PRK ini
amat berkesan dilakukan untuk menilai kerja kursus secara berkumpulan (Kaufman et
al. 2000 dan Buckley). Ini kerana rakan-rakan adalah merupakan individu yang terdekat dan paling banyak meluangkan masa bersama pelajar ketika melakukan kerja
kursus tersebut. Oleh itu, rakan-rakan sekumpulan merupakan pemerhati yang baik
antara satu sama lain dan kedudukan mereka ini secara tidak langsung dapat
menjadikan mereka sebagai penilai yang berkesan untuk menilai kemahiran dan
pengetahuan tertentu rakan-rakan mereka.
Pada kebiasaannya, PRK akan dilakukan oleh pelajar setelah mereka tamat
menjalankan kerja kursus berkumpulan tertentu yang diberikan oleh pengajar. Para
pelajar akan diberikan borang penilaian untuk diisi oleh mereka bagi menilai setiap
ahli kumpulan. Penilaian markah ke atas aspek-aspek yang diingini seperti
sumbangan, kerjasama, kefahaman dan komitmen terhadap tugasan dilakukan
menggunakan skala Likert. Kemudiannya, borang tersebut diserahkan semula kepada
pengajar untuk dianalisa dengan lebih lanjut.
Kaedah PRK mempunyai beberapa kelebihan dalam pembangunan kendiri
seorang pelajar (Kaufman et al. 2000). Antaranya ialah ia memberi peluang kepada
para pelajar untuk membuat penilaian kritikal terhadap prestasi kerja pelajar-pelajar
lain yang berada dalam kumpulan yang sama. Ia dapat membantu para pelajar untuk
bersikap lebih berintegriti, jujur dan telus dalam membuat penilaian terhadap sesuatu
perkara. Pada masa yang sama, para pelajar juga akan lebih bersungguh-sungguh dan
sedaya upaya untuk memberikan yang terbaik dalam menjayakan kerja kursus yang
diberikan apabila penilaian kritikal dibuat oleh rakan mereka sendiri. Selain daripada
itu, kaedah PRK juga mewujudkan suasana toleransi di antara para pelajar yang
mempunyai latar belakang berbeza dari segi agama dan bangsa. Dengan penumpuan
diberikan secara terarah kepada setiap pelajar, nilai-nilai asing di antara mereka akan
dapat difahami dengan lebih baik. Ini secara langsung akan meningkatkan lagi
keupayaan para pelajar untuk bersikap rasional dalam menerima perbezaan yang
wujud di antara mereka. Seterusnya, pelajar-pelajar dapat memikirkan kaedah terbaik
untuk menggabungkan perbezaan-perbezaan tersebut ke arah perpaduan yang jitu
untuk diaplikasikan dalam kerja kursus mereka.
Di samping itu juga, kaedah PRK ini memberi manfaat kepada para pengajar.
Keberkesanan pengajar untuk menilai kemahiran dan pengetahuan pelajar dalam
aspek-aspek yang dinyatakan di atas dapat ditingkatkan lagi. Sebagai contoh,
kemahiran kerja secara berpasukan yang kebiasaannya dinilai berdasarkan laporan
aktiviti kerja kursus adalah tidak mencukupi. Ini kerana kemungkinan wujud ketirisan
dalam penilaian tersebut memandangkan faktor situasi pengajar yang bukan
merupakan individu yang terlibat secara aktif dalam kitaran kerja berpasukan pelajar-
pelajar. Oleh yang demikian, kaedah PRK ini merupakan salah satu alternatif dalam
menutup kebocoran yang wujud dalam penilaian pengajar. Penggabungan kaedah
PRK dan kaedah konvensional ini dilihat dapat menambahkan lagi keupayaan
pengajar dalam menilai para pelajar secara lebih telus.
Dalam sudut yang berbeza, kaedah PRK ini masih lagi mempunyai beberapa
kekangan yang dapat membantutkan keberkesanan kaedah ini dalam pengajaran dan
pembelajaran berkesan. Antara kekangan yang dikesan adalah masalah mengenalpasti
ketelusan pelajar dalam menilai rakan-rakan mereka. Faktor-faktor seperti jarak keakraban, faktor ’personal’ dan kurang bersikap profesionalisme boleh membuatkan
para pelajar bersikap berat sebelah dalam menilai antara satu pelajar dengan pelajar
yang lain. Kekangan seperti ini, sekiranya ia berlaku, sedikit sebanyak akan
mengurangkan keberkesanan kaedah PRK ini. Perbincangan dan pemerhatian secara
terperinci amatlah diperlukan untuk mengatasi isu ini secara lebih bersepadu.
Walaubagaimana pun, kelebihan-kelebihan kaedah PRK ini secara umumnya
memberi impak positif yang lebih besar berbanding impak negatif yang berpunca dari
kekangan yang disebutkan di atas. Secara kesuluruhannya, kaedah PRK dapat
disimpulkan sebagai salah satu kaedah yang efektif dalam mengukur keberkesanan
pengajaran dan pembelajaran di dalam kelas.

KESIMPULAN
Kesimpulannya, teknik-teknik pengajaran dan pembelajaran yang diketengahkan
dalam program-program JKEES pada tahun akademik 2007/2008 telah memberikan
petunjuk yang positif. Teknik-teknik yang dimaksudkan iaitu pengajaran berpasukan,
kaedah jigsaw, kritikan terbuka, dan penilaian rakan kumpulan (PRK) terbukti
memberi manfaat kepada pihak pelajar dan pengajar. Kedua-dua belah pihak secara
langsung telah dapat memantapkan proses pengajaran dan pembelajaran berkesan
yang berasaskan masalah (Problem Based Learning – PBL) dan Pendidikan
Berasaskan Hasil (Outcome Based Education – OBE) yang diamalkan oleh JKEES
ketika ini.

PRINSIP PENILAIAN
• Sahih (valid)
• Objektif
• Adil
• Terpadu
• Terbuka
• Menyeluruh dan berkesinambungan
• Sistematis
• Menggunakan acuan kriteria
• Akuntabel

ASPEK PENILAIAN
A. Aspek Kognitif – Pengetahuan
B. B. Aspek Psikomotor Aspek Psikomotor – – Keterampilan Keterampilan
C. Aspek Afektif Afektif - - Sikap Sikap

INTERAKSI 14

Pengenalan Pengukuran Dalam Pendidikan
Teknik-teknik pembinaan ujian, membina item dan menganalisis item, ciri-ciri ujian rujukan norma dan ujian rujukan kriteria; pertimbangan dalam memilih dan menggunakan ujian tara pencapaian dan bakat. Pelajar akan didedahkan kepada teknik-teknik pembinaan ujian; ujian esei dan ujian objektif; membina item dan menganalisis item; memahami ciri-ciri ujian rujukan norma dan ujian rujukan kriteria; pertimbangan dalam memilih dan menggunakan ujian tara dan pencapaian bakat.

Aplikasi Penyelidikan Pengukuran dan Penilaian
Aplikasi teori psikometrik terhadap masalah-masalah lanjutan yang berhubung dengan pengukuran dalam penyelidikan. Prinsip-prinsip dalam penggunaan dan pembinaan kaedah pengukuran dalam pendidikan.

Ujian Dalam Pengajaran dan Bimbingan
Analisis ujian-ujian tara yang digunakan dalam program bimbingan dan rundingcara. Mengenalpasti ujian-ujian yang sesuai untuk bimbingan. Perbincangan mengenai penggunaan alat-alat ujian, menilai alat-alat ujian tersebut dan membuat intepretasi mengenainya.

Penilaian Program
Pelajar akan didedahkan kepada pendekatan bagi menilai program-program yang berkaitan dengan pendidikan; perbincangan tentang mustahaknya matlamat program dan hasil-hasil diluar jangkaan; peranan pengukuran kognitif dan afektif; temubual dan data pemerhatian.

Analisis Varians
ANOVA dan analisis regressi bagi rekabentuk kajian faktorial dan pendekatan ANOVA kepada rekabentuk ‘nested’, ‘repeated measures’ dan ‘covarian’. ANOVA satu hala dan ANOVA satu hala dan ANOVA dua hala juga dibincangkan.

Isu Dalam Penilaian Program
Topik-topik yang dibincangkan termasuklah penilaian dan membuat keputusan, penilaian luaran dan dalaman, penilaian kualitatif dan kuanttitatif, penilaian dan penyelidikan dan penilian ‘meta’.

Analisis Faktor
Teori dan penggunaan prosidur analisis faktor. Membincangkan teknik menganalisis korelasi di kalangan item yang terdapat dalam satu-satu kajian. Menentukan faktor atau konstrak yang menggabungkan item mengikut prosidur analisis faktor.

PPF 1293 - Teori Psikometrik
Aspek-aspek teori lanjutan dan pemerolehan formula yang melibatkan kebolehpercayaan, kesahan, analisis item, wajaran dan perbezaan ramalan, sampling dan pembinaan norma dan hubungkait ciri-ciri item dengan statistik ujian.

Isu Pengukuran dan Penilaian Dalam Pendidikan
Membincangkan isu-isu semasa mengenai pengukuran dan penilaian dalam pendidikan khususnya di Malaysia. Peperiksaan Umum Sekolah Rendah (UPSR) dan sekolah menengah (PMR dan SPM) dan Penilaian Kemajuan Berasaskan Sekolah (PKBS) dan penilaian nilai murni turut dibincangkan.

Analisis Multivariate
Rekabentuk dan analisis kajian penyelidikan yang berkaitan dengna pembolehubah-pembolehubah bersandar dan tak bersandar. Memahami dan menggunakan konsep-konsep Korelasi Berkanun, MANOVA dan Analisis Faktor.

Analisis Tidak Berparameter
Perbincangan tajuk-tajuk pilihan dan penggunaan teknik-teknik Nonparametrik. Memahami konsep-konsep dan menggunakannya dalam penyelidikan : menguji sampel tunggal; menguji dua sampel merdeka; menguji dua sampel berpasangan; Ujian Mann-Whitney-U; Ujian Kruskal-Wallis: dan Ujian Wilcoxon.
Seminar : Pembinaan Ujian
Teknik-teknik dalam penyediaan dan pembinaan item-item ujian pencapaian dan lain-lain ujian. Seminar ini akan membincangkan tentang teknik-teknik dalam penyediaan dan pembinaan item-item ujian pencapaian dan lain-lain ujian. Ujian tara dan peperiksaan umum seperti Sijil Tinggi Persekolahan Malaysia (STPM), Sijil Pelajaran Malaysia (SPM), Penilaian Menengah Rendah (PMR) dna Ujian Penilaian Sekolah Rendah (UPSR) juga turut dibincangkan.

Seminar : Teori ‘Response Item’
Asas-asas teori dan penggunaan praktik. Model-model Matematik dan teknik-teknik anggaran; menitikberatkan isu-isu terkini dalam pengujian. Seminar ini akan membincangkan asas-asas teori dan penggunaan praktik dalam pemilihan jawapan item bagi ujian objektif; model-model Matematik dan teknik-teknik anggaran; menitikberatkan isu-isu terkini dalam pengujian.

PPF 2231 - Seminar : Pengujian Tara
Pembinaan ujian tara, kesahan dan keboleh percayaan, penggunaan, jenis-jenis ujian di peringkat sekolah dan pengajian tinggi.

Rekabentuk Instrumentasi dan Skala
Perkara yang dibincangkan termasuklah isu-isu teori dan perkaedahan yang berkaitan dengan pembinaan skala tinjauan, prosidur ‘sampling’ dan ‘response bias’. Kaedah membina instrument kajian juga diberikan lebih perhatian.
Kaedah Pengkalan
Teori dan penggunaan teknik-teknik dalam teknik-teknik skala satu dimensi dan multidimensi. Memahami teori-teori mengenai pengskalan (scaling). Membincangkan penggunaan teknik-teknik dalam teknik skala satu dimensi (uni-dimensional) dan teknik skala pelbagai dimensi (multi-dimensional).

INSTRUMENT PENILAIAN BERASASKAN SEKOLAH
Pengaplikasian Pengetahuan dan Kemahiran dalam Mengurus dan Memimpin Pelaksanaan
Pendaftaran Peperiksaan

1.1 Pendaftaran mengikut jenis calon
1.2 Cara pendaftaran
1.3 Syarat dan peraturan peperiksaan
1.4 Inden calon
1.5 Maklumat calon

2. Pengaplikasian Pengetahuan dan Kemahiran dalam Mengurus dan Memimpin Pelaksanaan
Pendaftaran dan Pengendalian Peperiksaan

2.1 Sistem pengawasan peperiksaan

2.2 Pengedaran skrip jawapan calon kepada pemeriksa

2.3 Pemeriksaan skrip jawapan


3. Pengaplikasian Pengetahuan dan Kemahiran dalam Mengurus dan Memimpin Pelaksanaan
Perekaan Bentuk Instrumen Pentaksiran

3.1 Pengkonsepsian

3.2 Pembentukan format pentaksiran

3.3 Penyediaan item / instrument contoh

3.4 Kajian kesesuaian

3.5 Pendokumentasian spesifikasi ujian dan dokumen format pentafsiran

4. Pengaplikasian Pengetahuan dan Kemahiran dalam Mengurus dan Memimpin Pelaksanaan
Penghasilan Instrumen Pentaksiran

4.1 Penghasilan item objektif dan subjektif
4.1.1 Jenis-jenis item objektif
4.1.2 Prosedur pembinaan item objektif
4.1.3 Pembinaan item objektif

4.2 Penghasilan item subjektif
4.2.1 Jenis-jenis item subjektif
4.2.2 Prosedur pembinaan item subjektif
4.2.3 Pembinaan item subjektif
4.2.4 Pembinaan peraturan pemarkahan
4.3 Pemasangan instrumen pentadbiran
4.3.1 9 poin sistem
4.4 Praujian
4.4.1 Persampelan
4.4.2 Pentadbiran pra ujian
4.2.3 Pengendalian pra ujian
4.5 Bank item
4.5.1 Penganalisisan item
4.5.2 Pengklasifikasian item

5. Pengaplikasian Pengetahuan dan Kemahiran dalam Mengurus dan Memimpin Pelaksanaan
Penghasilan Instrumen Pentaksiran

5.1 Menghasilkan Dokumen Pentaksiran
5.1.1 Pentaksiran Pusat
5.1.2 Pentaksiran Berasaskan Sekolah
5.2 Memasang Instrumen Pentaksiran
5.3 Mengkaji Semula Instrumen Pentaksiran

6. Pengaplikasian Pengetahuan dan Kemahiran dalam Mengurus dan Memimpin Pelaksanaan
Pelaporan Pencapaian Murid dalam Peperiksaan

6.1 Sistem penggredan
6.3 Laporan prestasi calon
6.4 Laporan prestasi ujian

7. Pengaplikasian Pengetahuan dan Kemahiran dalam Mengurus dan Memimpin Pelaksanaan
Pengurusan Pengendalian Peperiksaan dan Penghasilan Instrumen dari segi
Keselamatan

7.1 Keselamatan fizikal
7.2 Keselamatan personel
7.3 Keselamatan dokumen
7.4 Keselamatan ICT


8. Pengaplikasian Nilai dan Sikap Terpuji dalam Mengurus dan Memimpin Pelaksanaan Urusan
Peperiksaan, Pengendalian Maklumat, dan Dokumen

8.1 Tahap menyedari nilai dan sikap dalam urusan
Maklumat Personel
Dokumen/bahan

8.2 Tahap menyedari kepentingan nilai dan sikap
Peka terhadap peraturan peperiksaan
Mematuhi peraturan berkaitan peperiksaan
Berdisiplin tinggi
Menepati masa / jadual kerja
Mengambil tindakan tanpa prejudis
Prihatin terhadap masa depan calon

8.3 Tahap melaksanakan
Menjaga keselamatan maklumat dan bahan terperingkat
Keadilan kepada calon
Penghasilan instrumen yang sah dan boleh dipercayai
Menjamin kewibawaan institusi

INTERAKSI 15

Penilaian Kelas
Penilaian kelas adalah proses sistematik dan sistemik yang dilakukan oleh guru selama berlangsung dan sesudah berlangsung suatu program pembelajaran untuk mengetahui tingkat keberhasilan dan efisiensi program pembelajarannya (Zakaria,2006:25). Penilaian kelas merupakan proses pengumpulan dan penggunaan informasi oleh guru melalui sejumlah bukti untuk membuat keputusan tentang hasil belajar/kompetensi siswa.
Penilaian kelas dilakukan oleh guru untuk mengetahui kemajuan dan hasil belajar peserta didik, mendiagnosa kesulitan belajar, memberikan umpan balik untuk perbaikan proses pembelajaran, dan penentuan kenaikan kelas.
Tujuan Penilaian Kelas
Tujuan penilaian kelas oleh guru hendaknya diarahkan pada (1) keeping track, yaitu untuk menelusuri agar proses pembelajaran anak didik tetap sesuai rencana, (2) checking-up, yaitu untuk mengecek adakah kelemahan-kelemahan yang dialami anak-anak didik dalam proses pembelajaran, (3) finding-out, yaitu untuk mencari dan menemukan hal-hal yang menyebabkan terjadinya kelemahan dan kesalahan dalam proses pembelajaran, (4) summing-up, yaitu untuk menyimpulkan apakah anak didik telah mencapai kompetensi yang ditetapkan atau belum.
Manfaat Penilaian Kelas
Hasil penilaian kelas berguna untuk hal-hal berikut.
1. Umpan balik bagi siswa dalam mengetahui kemampuan dan kekurangannya sehingga menimbulkan motivasi untuk memperbaiki hasil belajarnya.
2. Memantau kemajuan dan mendiagnosis kemampuan belajar siswa sehingga memungkinkan dilakukannya pengayaan dan remediasi untuk memenuhi kebutuhan siswa sesuai dengan kemajuan dan kemampuannya.
3. Memberikan masukan kepada guru untuk memperbaiki program pembelajarannya di kelas.
4. Memungkinkan siswa mencapai kompetensi yang telah ditentukan walaupun dengan kecepatan belajar yang berbeda-beda.
5. Memberikan informasi yang lebih komunikatif kepada masyarakat tentang efektifitas pendidikan sehingga mereka dapat meningkatkan partisipasinya di bidang pendidikan.
Ciri-ciri Penilaian Kelas
1. Belajar tuntas
Peserta didik tidak diperkenankan mengerjakan pekerjaan berikutnya sebelum mampu menyelesaikan pekerjaan dengan prosedur yang benar dan hasil yang baik. Guru harus mempertimbangkan antara waktu yang diperlukan berdasarkan karakteristik peserta didik dan waktu yang tersedia di bawah kontrol guru (Depdiknas, 2006:4).
Peserta didik dalam belajar lambat perlu waktu lebih lama untuk materi yang sama, mereka dapat berhasil jika kompetensi awal mereka terdiagnosis secara benar dan mereka diajar dengan metode dan materi yang berurutan mulai dari tingkat kompetensi awal mereka.
2. Penilaian Otentik
Proses penilaian harus merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses pembelajaran. Proses penilaian mencerminkan masalah dunia nyata, menggunakan berbagai ukuran, metode, teknik dan kriteria sesuai dengan karakteristik dan esensi pengalaman belajar. Penilaian bersifat holistik, mencakup semua aspek dari tujuan pembelajaran.
3. Berkesinambungan
Penilaian kelas memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil terus menerus dalam bentuk ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester dan ulangan kenaikan kelas.
4. Acuan kriteria / patokan
Prestasi kemampuan peserta didik tidak dibandingkan dengan peserta kelompok, tetapi dengan kemampuan yang dimiliki sebelumnya dan patokan yang ditetapkan.
5. Menggunakan berbagai cara dan alat penilaian
Penilaian kelas menggunakan berbagai cara dan alat penilaian. Agar tujuan tercapai, guru harus menggunakan berbagai metode dan teknik penilaian yang beragam sesuai dengan tujuan pembelajaran dan karakteristik pengalaman belajar yang dilaluinya. Tujuan dan pengalaman belajar tertentu mungkin cukup efektif dinilai melelui tes tertulis, sedangkan tujuan dan pengalaman belajar yang lain (seperti berbicara) akan sangat efektif dinilai dengan unjuk kerja.
Bentuk Penilaian Kelas
Dalam penilaian kelas ada beberapa bentuk yang bisa dipilih sebagai berikut.
1. Unjuk kerja
Penilaian unjuk kerja adalah penilaian yang meminta peserta tes untuk mendemonstrasikan dan mengaplikasikan pengetahuan dalam berbagai kegiatan dan konteks sesuai dengan kriteria yang diinginkan. Contoh kompetensi dasar (KD) yang dimungkinkan menggunakan penilaian untuk kerja:
a. KD 2.2. Menyampaikan pengumuman dengan intonasi yang tepat serta menggunakan kalimat yang lugas dan sederhana.
b. KD 6.1. Bercerita dengan urutan yang baik, suara, lafal, intonasi, gestur dan mimik yang tepat.
c. KD 6.2. Bercerita dengan alat peraga
d. dan lainnya
2. Penugasan (Proyek)
Penilaian proyek adalah penilaian terhadap suatu tugas penyelidikan yang harus selesai dalam kurun waktu tertentu. Contoh KD yang dimungkinkan menggunakan penilaian berbentuk penugasan:
KD 4.1. Menulis laporan dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar
3. Hasil Kerja (Produk)
Penilaian produk adalah penilaian terhadap hasil kerja siswa. KD yang dimungkinkan ditagih menggunakan penilaian produk, misalnya :
a. KD 8.1. Menulis pantun yang sesuai syarat-syarat pantun
b. KD 16.1 Menulis kreatif puisi berkenaan dengan keindahan alam
c. KD 12.2. Menulis teks berita secara singkat, padat, dan jelas
d. Dan KD lainnya
4. Tertulis
Pengunaan jenis tes ini diutamakan pada ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas. Tes membaca pemahaman dan tes menulis dapat berupa tes objektif atau esai untuk mengukur kemampuan siswadalam memahami teks atau menguasai keterampilan menulis secara terbatas. KD yang dimungkinkan menggunakan tes tertulis adalah KD dalam aspek membaca dan menulis.
5. Portofolio
Portofolio berarti kumpulan berkas atau arsip yang disimpan dalam bentuk jilidan seperti map. Dalam kaitan dengan penilaian, portofolio dapat diartikan sebagai kumpulan hasil karya seseorang baik dalam bentuk tertulis, karya seni, maupun berbagai penampilan yang tersimpan dalam bentuk kaset video atau audio (Depdiknas, 2005:26).
Manfaat Hasil Penilaian
Manfaat dari hasil penilaian adalah untuk menentukan program remidial, pengayaan, dan perbaikan program dan kegiatan. Remedial dilakukan bila nilai indikator kurang dari nilai kriteria ketuntasan belajar. Pengayaan dilakukan bila tuntas lebih cepat. Perbaikan program dan kegiatan dilakukan bila pembelajaran tidak efektif.
Pelaksanaan Program Remidial dan Pengayaan
Program remidial dapat dilaksanakan melalui tatap muka dengan guru, belajar sendiri, menjawab pertanyaan, membuat rangkuman, mengerjakan tugas, atau mengumpulkan data baik pada atau di luar jam efektif.
Program pengayaan diperuntukkan bagi siswa berprestasi baik untuk memperkaya kompetensi melalui kegiatan pemberian materi tambahan atau pemberian latihan tambahan tugas individu. Pelaksanaanya setiap saat pada atau di luar jam efektif.
Penutup
Hasil penilaian merupakan bukti tingkat ketercapaian sebuah kompetensi. Untuk itu, guru harus berhati-hati dan cermat dalam menentukan bentuk penilaian sesuai dengan karakteristik indikator sebuah kompetensi dasar. Pemilihan bentuk penilaian yang tepat akan berdampak pada kualitas penguasaan kompetensi dasar.

INTERAKSI 10

Kriteria-Kriteria Penilaian

i) Pihak jawatankuasa perlu mencadangkan nama-nama panel hakim yang hendak dilantik kepada pihak pengurusan LKIM melalui Unit Kualiti. Surat perlantikan akan dikeluarkan sebaik sahaja nama-nama tersebut diperolehi.

ii) Bilangan panel hakim boleh dibuat sekurang-kurangnya 3 orang sama ada dari kakitangan LKIM atau luar daripada LKIM yang pakar dalam penulisan pidato.

iii) Semua keputusan yang diterima daripada panel hakim adalah rahsia dan keputusannya adalah muktamad.

KRITERIA-KRITERIA PENGHAKIMAN/PEMARKAHAN

Kriteria-kriteria pemarkahan yang akan digunakan dalam penilaian pidato tersebut adalah seperti berikut:

Bil Kriteria Markah Penilaian

1. Isi dan Olahan 20%
2. Analisa Masalah/Fakta 30%
3. Gaya Berbahasa 20%
4. Cadangan Idea 30%

JUMLAH 100%

Jawatankuasa yang dilantik boleh juga memutuskan untuk membuat sebarang perubahan yang difikirkan perlu terhadap kriteria di atas.

8. Cara Penilaian

Anugerah Pidato dinilai berdasarkan dua peringkat iaitu

i) Penilaian dibuat oleh Ahli Jawatankuasa mengikut Negeri atau Zon.
ii) Pemenang bagi setiap zon akan bertanding di Hari Kualiti LKIM.

INTERAKSI 9

PENILAIAN Kemahiran Mendengar dan Bertutur
Dalam definisi bahasa jelas dinyatakan bahawa bahasa sebagai lambang-lambang pertuturan atau dalam bentuk lisan. Manusia mencipta lambang-lambang pertuturan terlebih dahulu sebelum mencipta simbol-simbol tulisan.

Apabila diteliti perkembangan bahasa kanak-kanak, ianya bermula daripada proses mendengar terlebih dahulu dan diikuti dengan meniru atau mengajuk bunyi-bunyi yang didengar dan seterusnya bercakap. Lambang-lambang tulisan hanya diperkenalkan apabila kanak-kanak sudah biasa dengan bahasa dan boleh bertutur dengan baik ( Kamarudin Hj. Husin, 1988).

Kesimpulannya, kemahiran lisan terdiri daripada dua aspek penting iaitu kemahiran mendengar dan kemahiran bertutur. Bagi menguasai kemahiran lisan, kanak-kanak perlulah menguasai kedua-dua aspek ini dengan baik terlebih dahulu. Kanak-kanak yang mahir dlam bahasa lisan akan dapat melahirkan perasaan dan pendapat dengan baik, dan akan lebih yakin untuk berinteraksi dengan orang lain dalam apa jua situasi.

A. Kemahiran Mendengar

Mendengar adalah kemahiran awal yang dikuasai oleh kanak-kanak dalam perkembangan pemerolehan bahasanya. Lundsteen (1979) telah mendefinisikan mendengar sebagai satu proses minda yang memberi makna kepada bahasa pertuturan.
Berdasarkan definisi mendengar ini, Jalongo (1992) menyatakan bahwa kemahiran lisan melibatkan tiga perkara penting, iaitu;

i. Pendengaran (Hearing) – iaitu proses fisiologikal yang merangkumi ketajaman pendengaran atau keupayaan mendengar, dan persepsi pendengaran iaitu keupayaan untuk membezakan bunyi-bunyi, mengadun bunyi-bunyi, dan menyimpan urutan bunyi dalam ingatan,

ii. Mendengar (Listening) - merupakan bentuk tingkah laku persepsi iaitu memberi tumpuan, menjadi peka, dan memilih petunjuk-petunjuk isyarat (cues) daripada persekitaran,

iii. ”Auding” - iaitu tingkah laku pemahaman yang bermula daripada pendengaran dan mendengar. Auding termasuklah memperoleh makna daripada apa yang diudengar, menghubungkan bunyi sesuatu yang sudah diketahui, menyusun, membayangkan, dan menghargai apa yang didengar.

Kepentingan Kemahiran Mendengar

Kemahiran mendengar sangat penting dalam kehiduipan kerana kemahiran mendengar adalah asas kepada proses komunikasi. Interaksi dua hala akan terganggu berlaku apabila salah seorang gagal mendengar dengan baik. Kemahiran mendengar adalah kebolehan bahasa yang mula-mula sekali bagi kanak-kanak. Sebaik sahaja organ pendengaran kanak-kanak sudah terbentuk di dalam kandungan ibu mereka sudah mula mendengar. Bayi yang baru lahir akan bertindak balas terhadap bunyi-bunyi yang berbeza di sekitarnya, dan mereka akan ditenteramkan oleh bunyi-bunyi yang biasa didengarnya ketika dalam kandungan ibunya. Lebih dari itu, mendengar adalah asas kepada kemahiran bahasa yang lain iaitu bertutur, membaca, dan menulis.

Keduanya, mendengar adalah kemhairan bahasa yang paling kerap digunakan oleh manusia. Lundsteen (1979) membuat persamaan berikut untuk menegaskan kepentingan mendengar, iaitu dalam sehari kita mendengar sama banyak dengan sebuah buku, kita bertutur bersamaan sebuah buku seminggu, kita membaca bersamaan sebuah buku sebulan kita menulis bersamaan sebuah buku setahun.

Di sebalik kepentingannya, kemahiran mendengar adalah kemahiran yang diabaikan. Proses pengajaran dan pembelajaran di kelas sangat kurang menitikberatkan kemahiran ini dan guru lebih tertumpu kepada mengajar kemahiran membaca dan menulis.

Keperluan Mendengar

Abd.Aziz Talib (2000) menyatakan bahawa keperluan mendengar berbeza mengikut situasi sama ada berbentuk tidak formal atau formal. Kemahiran mendengar dalam situasi tidak formal berlaku di rumah, di taman permainan, ketika bermain dengan rakan dan sebagainya. Walaupun secara tidak formal, keperluan mendengar sangat penting kerana kanak-kanak perlu mendengar dan memahami percakapan ibu bapa dan ahli keluarganya yang lain. Begitu juga apabila dia perlu mendengar untuk berhibur seperti mendengar radio, atau menonton televisyen.

Keperluan mendengar di sekolah bercorak formal, iaitu bahan-bahan yang didengar adalah bercorak akademik. Selain itu, aktiviti lain seperti syarahan, pidato, kuiz, dan sebagainya menjadikan kemahiran mendengar lebih penting lagi.


Keperluan mendengar sama ada bersifat formal atau tidak formal dapat dilihat dari segi tujuankita mendengar. Abd. Aziz Talib (2000) memberikan tiga tujuan kita mendengar, iaitu:

i. mendengar dalam interaksi sosial seperti berbual dan bermesyuarat,
ii. mendengar untuk mendapatkan hiburan seperti mendengar radio,menonton televisyen, atau filem, dan
iii. mendengar untuk mendapatkan maklumat atau pengetahuan seperti di dalam kelas, mendengar ceramah dan sebagainya.





B. Kemahiran Bertutur


Bertutur adalah kegiatan melafazkan bunyi-bunyi yang dilahirkan daripada alat sebutan (artikulator) ,ia merupakan kemahiran berinteraksi dalam suasana berbahasa manusia ( Kamarudin Hj. Husin, 1978). Kemahiran bertutur dikuasai oleh kanak-kanak hasil daripada meniru atau mengajuk pertuturan orang dewasa di sekelilingnya. Rangsangan dan ganjaran yang diterimanya akan menggalakkannya mengulang-ulang perkataan yang disebutnya sehingalah ia dapat menguasai pertuturan yang lebih kompleks. Apabila kemahiran bertutur sudah dikuasai, kanak-kanak akan mula berinteraksi dengan orang lain di sekelilingya. Sebab itulah orang dewasa perlu menunjukkan model pertuturan yang baik kepada kanak-kanak bagi membolehkan mereka bertutur dengan berkesan.

Aspek-aspek Pertuturan

Ada beberapa aspek penting dalam pertuturan yang perlu diberi perhatian supaya pertuturan menjadi lebih berkesan. Kamarudin Hj. Husin (1978) memberikan sembilan aspek pertuturan seperti berikut:

Sebutan

Tekanan

Mora ( panjang pendek)

Jeda ( persendian)

Intonasi

Nada

Tatabahasa

Kelancaran

Kefasihan

Laras Bahasa

B. ASPEK PERTUTURAN

Sebutan adalah membunyikan huruf-huruf , perkataan, atau ayat dengan tepat dan jelas. Kanak-kanak perlu dilatih menyebut dengan betul supaya tidak menimbulkan kekeliruan keoada orang yang mendengar pertuturannya. Pertuturan yang tidak jelas menyebabkan mesej yang hendak disampaikan tidak dapat difahami.

Intonasi adalah keadaana bunyi yang menaik atau menurun ketika sesuatu ayat dilafazkan. Dalam bahasa Melayu, intonasi juga penting kerana ia boleh membawa makna yang berbeza bagi sesuatu ayat sekiranya disebut dengan intonasi yang tertentu.

Kelancaran bermakna kanak-kanak dapat bertutur tanpa tersekat-sekat, kemas, dan teratur. Individu yang mengalami masalah gagap akan menghadapi masalah kelancaran bertutur yang serius.

Kefasihan pula bererti kanak-kanak boleh bercakap bukan sahaja lancar tetapi jelas dan tepat sebutannya tanpa ada unsur-unsur dialek atau telor bahasa asing.


Latihan 3.1:

Bincangkan aspek-aspek pertuturan yang belum dibincangkan dalam tajuk ini di dalam kelas. Perbincangan perlu disertakan dengan contoh-contoh yang sesuai.